Rabu, 10 September 2014

BELAJAR AYAT TUHAN MELALUI FENOMENA YANG DISEBUT ALAM (SEBUAH PERENUNGAN AKAN MAKNA HIDUP)



Oleh : Amin Purwanto, S. Pd

Perjalanan hidup kita sejauh ini, sejak kita terlahir dari Rahim ibu kita samapai saat ini merupakan rangkaian peristiwa indah yang dibalut dalam proses tumbuh kembang manusia. Luar biasa rasanya apabila kita mampu melihat sekaligus merenung perjalanan indah ini. Dari mana kita memulai, apa yang sudah kita lakukan, rencana apa yang akan kita jalankan, untuk selanjutnya kapan kita akan mengakhiri semua itu atau tepatnya kapan Tuhan akan berkehendak men”stop” proses hidup yang sedang kita jalani. Ya…proses inilah yang akan saya namakan perjalanan indah manusia yang keluar dari Rahim seorang ibu menuju liang lahat.


Perjalanan hidup manusia tidak pernah terlepas dari fenomena yang terjadi di alam semesta. Seluruh rangkaian tersebut merupakan bagian dari partikel-partikel yang sambung menyambung menjadi satu. Dengan kata lain kita adalah bagian dari alam yang tidak terpisah. Itu berarti apa yang kita lakukan selama ini baik disadari maupun tidak, perjalanan hidup kita selama sama dengan perjalanan yang terjadi pada alam semesta. Pertanyaannya adalah kapan kita memulai hidup dan kapan semua ini harus berakhir.
Malam ini penulis ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk memulai perenungan ini melalui fenomena alam yang terjadi. Kita semua paham bahwa manusia tercipta melalui hubungan ayah dan ibu kita sehingga sperma dan sel telur mereka bertemu menjadi cikal bakal manusia atas kehendak-Nya.

Selanjutnya, setelah kelahiran manusia mereka akan mengalami proses tumbuh kembang dari masa kecil (balita/anak-anak), masa remaja, masa dewasa, masa tua untuk selanjutnya mati dan kembali kepada sang Pemilik Hidup. Namun,  benarkah proses tumbuh kembang manusia sampai mati pasti seperti itu? Beberapa tahun yang silam saya menyaksikan ada remaja SMU yang meninggal karena sakit atau kecelakaan. Beberapa bulan yang lampau seorang anak kecil meninggal. 70 atau 80 tahun kemudian mati (meninggal) rasanya sebuah kewajaran akan tetapi usia belia mati mestinya patut kita renungkan. Ada apa sebenarnya dengan proses hidup ini.

Belajar dari Pohon Jambu Merah dan Matahari
Suatu ketika saya melihat pohon jambu merah yang ada di pekarangan rumah orang tua saya berbunga. Kami semua bergembira karena sebentar lagi akan menikmati segarnya buah jambu merah hasil tanam sendiri. Dalam perjalanannya, bunga jambu merah tersebut mulai beranjak menjadi buah kecil/muda yang hijau, beberapa minggu kemudian buah kecil tersebut mulai besar meski masih hijau dan sepat. Sampai akhirnya tiba, buah jambu merah tersebut merah dan itu artinya buah siap disantap. Semua proses itu kami mengikuti karena itu memang yang kami harapkan (bisa panen). Selama itu, tidak jarang kami melihat beberapa bunga yang rontok, lalu ada buah jambu yang masih hijau jatuh karena ulat. Termasuk buah jambu kami yang sudah merah banyak yang jatuh karena matang.

Sama dengan manusia, tidak jarang masih dalam kandungan sudah gugur terlebih dulu, ada yang masih kecil/balita juga sudah mati, termasuk yang sudah beranjak remaja dan dewasa pun tidak bisa terlepas dari yang namanya fenomena mati. Mungkin detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, minggu ini, bulan ini atau…….Tuhan lah Yang Maha Mengetahui.
Lihat juga perjalanan matahari, ada pada pukul berapakah kita saat ini. Pukul 04.00 dini hari kah? Pukul 09.00 pagi kah? Atau pukul 12.00 siang kah? Atau pukul 16.00 sore kah? Atau mungkin kita pada posisi pukul 18.00 petang kah. Di manapun posisi kita itulah proses yang sudah kita jalani. Akan tetapi percayalah bahwa perjalanan sinar matahari pun terkadang tertutup awan yang menghitam atau pun hujan badai. Begitupun perjalanan hidup manusia.

Akhirnya mari kita menanyakan pada diri sendiri kapan kita memulai perjalanan ini, apa yang sudah kita perbuat dan kapan semua itu harus berakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar