Oleh
: Amin Purwanto, S. Pd
Perjalanan hidup kita sejauh ini,
sejak kita terlahir dari Rahim ibu kita samapai saat ini merupakan rangkaian
peristiwa indah yang dibalut dalam proses tumbuh kembang manusia. Luar biasa
rasanya apabila kita mampu melihat sekaligus merenung perjalanan indah ini.
Dari mana kita memulai, apa yang sudah kita lakukan, rencana apa yang akan kita
jalankan, untuk selanjutnya kapan kita akan mengakhiri semua itu atau tepatnya
kapan Tuhan akan berkehendak men”stop” proses hidup yang sedang kita jalani. Ya…proses
inilah yang akan saya namakan perjalanan indah manusia yang keluar dari Rahim seorang
ibu menuju liang lahat.
Perjalanan hidup manusia tidak
pernah terlepas dari fenomena yang terjadi di alam semesta. Seluruh rangkaian
tersebut merupakan bagian dari partikel-partikel yang sambung menyambung
menjadi satu. Dengan kata lain kita adalah bagian dari alam yang tidak
terpisah. Itu berarti apa yang kita lakukan selama ini baik disadari maupun
tidak, perjalanan hidup kita selama sama dengan perjalanan yang terjadi pada
alam semesta. Pertanyaannya adalah kapan kita memulai hidup dan kapan semua ini
harus berakhir.
Malam ini penulis ingin mengajak
para pembaca yang budiman untuk memulai perenungan ini melalui fenomena alam
yang terjadi. Kita semua paham bahwa manusia tercipta melalui hubungan ayah dan
ibu kita sehingga sperma dan sel telur mereka bertemu menjadi cikal bakal
manusia atas kehendak-Nya.
Selanjutnya, setelah kelahiran
manusia mereka akan mengalami proses tumbuh kembang dari masa kecil (balita/anak-anak),
masa remaja, masa dewasa, masa tua untuk selanjutnya mati dan kembali kepada
sang Pemilik Hidup. Namun, benarkah
proses tumbuh kembang manusia sampai mati pasti seperti itu? Beberapa tahun
yang silam saya menyaksikan ada remaja SMU yang meninggal karena sakit atau
kecelakaan. Beberapa bulan yang lampau seorang anak kecil meninggal. 70 atau 80
tahun kemudian mati (meninggal) rasanya sebuah kewajaran akan tetapi usia belia
mati mestinya patut kita renungkan. Ada apa sebenarnya dengan proses hidup ini.
Belajar
dari Pohon Jambu Merah dan Matahari
Suatu ketika saya melihat pohon
jambu merah yang ada di pekarangan rumah orang tua saya berbunga. Kami semua
bergembira karena sebentar lagi akan menikmati segarnya buah jambu merah hasil
tanam sendiri. Dalam perjalanannya, bunga jambu merah tersebut mulai beranjak
menjadi buah kecil/muda yang hijau, beberapa minggu kemudian buah kecil
tersebut mulai besar meski masih hijau dan sepat. Sampai akhirnya tiba, buah
jambu merah tersebut merah dan itu artinya buah siap disantap. Semua proses itu
kami mengikuti karena itu memang yang kami harapkan (bisa panen). Selama itu,
tidak jarang kami melihat beberapa bunga yang rontok, lalu ada buah jambu yang
masih hijau jatuh karena ulat. Termasuk buah jambu kami yang sudah merah banyak
yang jatuh karena matang.
Sama dengan manusia, tidak jarang
masih dalam kandungan sudah gugur terlebih dulu, ada yang masih kecil/balita
juga sudah mati, termasuk yang sudah beranjak remaja dan dewasa pun tidak bisa
terlepas dari yang namanya fenomena mati. Mungkin detik ini, menit ini, jam
ini, hari ini, minggu ini, bulan ini atau…….Tuhan lah Yang Maha Mengetahui.
Lihat juga perjalanan matahari,
ada pada pukul berapakah kita saat ini. Pukul 04.00 dini hari kah? Pukul 09.00
pagi kah? Atau pukul 12.00 siang kah? Atau pukul 16.00 sore kah? Atau mungkin
kita pada posisi pukul 18.00 petang kah. Di manapun posisi kita itulah proses
yang sudah kita jalani. Akan tetapi percayalah bahwa perjalanan sinar matahari
pun terkadang tertutup awan yang menghitam atau pun hujan badai. Begitupun
perjalanan hidup manusia.
Akhirnya mari kita menanyakan
pada diri sendiri kapan kita memulai perjalanan ini, apa yang sudah kita
perbuat dan kapan semua itu harus berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar